PAUD Rusunawa Panambungan Digodok Jadi Pilot Project Pokja Bunda PAUD Provinsi Sulawesi Selatan
Bunda PAUD Kota Makassar Indira Yusuf Ismail mendampingi Pj Bunda PAUD Provinsi Sulawesi Selatan Ninuk Triyanti Zudan dalam kunjungan ke PAUD dan Kelompok Bermain Rusunawa Kelurahan Panambungan, Kecamatan Mariso, pada Jumat (26/7/2024) Kunjungan ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Anak dan mengevaluasi kondisi PAUD setempat yang rencana bakal dijadikan pilot project oleh Pokja Bunda PAUD Provinsi Sulawesi Selatan. PAUD Rusunawa ini merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang dimiliki dan dikelola oleh yayasan. Kehadiran Ninuk beserta rombongan disambut antusias oleh anak-anak yang menampilkan tarian daerah dan yel-yel. “Selamat datang kepada Bunda PAUD Provinsi, kunjungan kita ini dalam rangka merayakan Hari Anak. Terlihat anak-anak kita sangat semangat menyambut Ibu Pj Bunda PAUD,” ungkap Indira dalam sambutannya. Di kesempatan itu, Indira meminta arahan kepada Pj Bunda PAUD Provinsi Sulsel dalam pengembangan sarana dan prasarana pendidikan anak usia dini. “Ibu Pj Bunda PAUD Provinsi bisa melihat kondisi PAUD yang ada di Makassar, khususnya di Kecamatan Mariso ini. Kepada Ibu Pj Bunda PAUD, tentu ada arahan dan petunjuk untuk memperbaiki PAUD yang ada di Makassar, Insyallah untuk pengembangan sarana prasarana pendidikan anak-anak kita di Makassar,” harap Indira. Indira juga menyampaikan bahwa saat ini Pemerintah Kota Makassar telah menghadirkan Sekolah PAUD Negeri yang berlokasi di Kecamatan Mariso dan Tamalate. Sekolah ini akan menjadi sekolah percontohan PAUD pertama di Makassar yang memiliki infrastruktur, fasilitas, dan suasana pembelajaran dengan standar internasional. Sementara itu, Ninuk sambutannya menyatakan apresiasinya kepada pengelola yayasan atas berdirinya PAUD tersebut. “Terima kasih kepada pengelola yayasan atas berdirinya PAUD ini. Kita apresiasi bahwa guru-gurunya berasal dari kader-kader PKK,” ujarnya. Ninuk juga menekankan pentingnya pendidikan anak usia dini. Sebab di usia inilah masa golden age anak yang akan menentukan karakter anak ke depannya. “Dari usia janin sampai usia 3 tahun, otak anak sudah bisa terbentuk sampai 80 persen. Kalau diberi stimulus, pemenuhan gizinya, kecerdasan mental dan karakter sudah terbentuk sebanyak 80 persen. Ini yang menentukan masa depan,” kayanya. Oleh karena itu, Ninuk menekankan pentingnya memperhatikan kesehatan, gizi, pola pengasuhan, perlindungan, dan pendidikan anak usia dini. “Dalam hal ini pemerintah terbatas, maka senang sekali dengan adanya yayasan yang memberikan anak kita gizi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Ini patut kita apresiasi ikhtiar kita bersama agar anak-anak di rusun ini bisa mendapat haknya agar generasi kita menjadi generasi unggul,” jelas Ninuk. Ninuk pun mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan PAUD Rusunawa ini untuk menjadi salah satu pilot project di Pokja Bunda PAUD Provinsi Sulawesi Selatan untuk diberikan pembinaan. Kata dia, PAUD yang ingin dikembangkan adalah PAUD Holistik Integratif (HI), dengan harapan agar layanan PAUD menjadi holistik integratif, mencakup pendidikan, kesehatan, pemenuhan gizi, pengasuhan, perawatan, dan perlindungan terhadap hak-hak anak. “Semoga langkah kita bersama, di momentum di hari anak, kita semua bisa memberikan yang terbaik sesuai tupoksi kita dalam meningkatkan kualitas anak. Meski dengan keterbatasan, kita berikan yang terbaik untuk memenuhi hak-hak anak-anak kita,” pungkasnya. Sumber : Humas Kominfo Makassar
Segmen Film di Hari Kedua F8, Tayangkan Trailer dan Hadirkan Pemeran Film ‘Puang Bos’
Makassar International Eight Festival & Forum (F8) memberikan ruang kepada Film Puang Bos untuk menayangkan trailer sekaligus mempromosikan film yang mengangkat kearifan lokal Kapal Pinisi dan Sulawesi Selatan. Pada hari kedua F8 Makassar dengan tema ‘Makassar Sekalia’ dalam segmen Film, menyelenggadakan talkshow oleh para pemeran dan penayangan trailer Film Puang Bos di Zona 2 dan Zona 3 Festival F8 Makassar 2024 pada Kamis, (25/7/2024). Direktur Film Puang Bos, Bosaading Liwutang mengatakan film yang akan tayang tahun 2024 ini, menceritakan kisah menarik seorang Puang di Tanah Beru, Bulukumba, yang mengalami kebimbangan dalam mempertahankan tradisi pembuatan Kapal Pinisi keluarganya. Bosaading menjelaskan bahwa tujuan dari film ini adalah untuk menyorot kekayaan budaya Sulawesi Selatan, terutama Kapal Pinisi yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda. “Kami ingin menampilkan kekayaan budaya Makassar, Bulukumba, dan Sulawesi, khususnya Kapal Pinisi, sebagai bagian penting dari identitas kami,” ungkapnya. Lebih lanjut, Bosaading menekankan bahwa 90% dari kru produksi film ini berasal dari Makassar, sebagai upaya untuk menguatkan kehadiran budaya lokal dalam film tersebut. Kepala Dinas Pariwisata Kota Makassar, Muhammad Roem menyambut baik kehadiran film ini sebagai sarana untuk memperkenalkan kebudayaan dan bahasa Makassar kepada masyarakat luas. “Pertama promosi saja sudah banyak memberikan kontribusi yang besar seperti banyak yang ingin belajar bahasa Makassar, sejalan juga dengan pariwisata kita, dengan memperkenalkan Kapal Pinisi,” ucapnya. Roem berkomitmen Pemerintah Kota Makassar akan mendukung penuh film Puang Bos seperti juga mendukung film lokal lainnya. “Pemerintah Kota Makassar akan terus massif mempromosikan film-film yang mengangkat kearifan lokal yang juga berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan sektor pariwisata,” pungkasnya. Michelle Zuidith, pemeran Pertiwi dalam film ini, berbagi pengalaman proses mendalami karakter sebagai seorang yang berlatar belakang budaya Makassar. “Proses mendalami karakter dalam film ini tidak hanya menghadirkan kesulitan bahasa, tetapi juga memberikan wawasan mendalam akan kekayaan kultural Sulsel, khususnya Kapal Pinisi yang menjadi pusat cerita,” jelasnya. Namun demikian, Michelle mengaku menikmati proses belajar bahasa dan budaya Makassar yang menurutnya unik dan memiliki ciri khas tersendiri. Arif Brata, salah satu pemain yang merupakan konten kreator dan komika asal Makassar, mengucapkan terima kasih kepada Festival F8 Makassar karena memberikan platform bagi para seniman dan pembuat film lokal. “Pemerintah Kota Makassar sendiri telah memberikan dukungan besar dalam pengambilan gambar di lokasi-lokasi ikonik seperti Pantai Losari, serta melakukan promosi yang luas untuk film ini,” ucapnya. Ia juga mengajak masyarakat Makassar untuk menyaksikan “Puang Bos”, dengan harapan film ini akan semakin mengembangkan pemahaman tentang budaya dan bahasa Kota Makassar ke tingkat internasional melalui medium film. Sumber : Humas Kominfo Makassar
Fashion Show ‘Makassar Sekalia’ Pamerkan Baju Adat Pengantin Bugis-Makassar di F8 2024
Segmen fashion Makassar International Eight Festival & Forum (F8), menampilkan keindahan budaya baju bodo pengantin Bugis-Makassar di Zona 3 F8 pada Kamis, (25/7/2024). Sembilan rumah rias dan pengantin yang tergabung dalam Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Ahli Rias Pengantin (HARPI) Melati Kota Makassar. Bertajuk ‘Makassar Sekalia’, sembilan rumah rias pengantin yang berpartisipasi memamerkan koleksi baju adat pengantin Bugis-Makassar terbaik mereka, memperlihatkan keindahan detail dan keunikan dari setiap desain. Diiringi instumen musik lagu Anging Mammiri, para model pria dan wanita berjalan dengan anggun di catwalk, mempertontonkan baju Bodo dengan berbagai warna dan desain modern namun tetap mempertahankan ciri khas baju Bodo. Kepala Dinas Pariwisata Kota Makassar, Muhammad Roem memberikan apresiasi atas kontribusi segmen fashion dalam mempromosikan kebudayaan Makassar sejalan dengan tema ‘Makassar Sekalia’. Roem mengatakan fashion show ini tidak hanya menunjukkan keindahan estetika baju Bodo, tetapi juga menjadi stimulus dari semangat untuk melestarikan kearifan lokal dalam era modern yang terus berubah. “Dengan adanya platform seperti F8, diharapkan bahwa kekayaan budaya Sulawesi Selatan, khususnya dalam hal fashion tradisional, dapat terus dijaga dan dikembangkan untuk generasi mendatang,” jelasnya. Salah satu penonton, Glo, mengungkapkan kegembiraannya atas penampilan fashion show yang menghibur ini. “Inj pengalaman pertama saya menyaksikan fashion show yang begitu kental dengan kearifan lokal, sangat menarik,” jelasnya. Fashion show ini tidak hanya menjadi panggung untuk memamerkan busana, tetapi juga sebagai upaya untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya Makassar kepada dunia. Sumber : Humas Kominfo Makassar
Tari Pasompe dan Ariyo Wahab Meriahkan ‘Makassar Sekalia’ di Hari Kedua F8
Tari Pasompe persembahan dari Dinas Kebudayaan Kota Makassar turut memeriahkan event Makassar International Eight Festival & Forum atau F8. Pada hari kedua F8 yang mengangkat tema Makassar Skalia’ ini menampilkan berbagai seni-budaya khas Kota Anging Mammiri. Seperti penampilan budayawan juga seniman artis lokal yang turut berpartisipasi. Salah satu pertunjukan yang menarik ialah Tarian Pasompe atau tarian yang mengisahkan para perantau asal Sulawesi Selatan (Sulsel). Puluhan penari binaan Disbud Makassar membawakan Tari Passompe dengan apik. Perpaduan musik juga gerakannya menyatu. Passompe sendiri diistilahkan kepada para perantau Sulsel yang berlayar ke berbagai daerah di Asia Tenggara hingga Afrika sejak abad pertama Masehi. Mereka adalah pewaris budaya maritim yang kaya dan kuat. Para perantau diceritakan membawa serta nilai-nilai moral dan kearifan lokal dalam berdagang, bermasyarakat, dan beragama di tempat-tempat yang mereka singgahi. Mereka juga memberikan pengaruh positif bagi perkembangan peradaban Nusantara di Afrika. Di panggung utama ini, terlihat para penari menaklukkan kisah para perantau dengan baik dari setiap gerakan mereka. Ialah pemuda-pemudi dari Sanggar Pattonro, Sanggar Pakarena dan Sanggar Mappainge yang menunjukkan performa terbaiknya. Aksi memukau mereka juga mendapat tepuk tangan meriah pengunjung. Pertunjukan Passompe kali ini pun mendapat apresiasi sangat meriah. Para pengunjung juga antusias dan begitu sumringah. Uniknya, masing-masing penari juga mengenakan pakaian adat yang merepresentasikan berbagai suku di Sulsel. Seperti Baju Bodo, juga Mandar dan Toraja. Dalam durasi 15 menit lebih pun tak terasa karena bagusnya konsep juga kostum mereka. Item penampilan lainnya ialah vokalis Ariyo Wahab. Musisi asli Makassar ini melengkapi konsep Makassar Skalia’ pada hari kedua event Top KEN Kemenparekraf lima kali berturut-turut ini. Ariyo memecahkan suasana panggung utama dengan lagu-lagu rock serta beat. Di antaranya yang dinyanyikan ialah lagu Iwan Fals Penguasa juga karya bandnya yakni Papa Minta Uang. Ariyo berhasil membawa pengunjung bernostalgia dengan lagu-lagu era 90-an sampai 2000-an tersebut. Semua penonton yang merapat di panggung utama dibuat loncat-loncat. Suaranya yang rock dan karakternya yang humble membuat penonton terkesima. Kerinduan atas Makassar juga terobati. Pasalnya penampilan artis lokal betul-betul menambah nuansa Makassar Skalia’ pada F8 kali ini. Pada kesempatan yang sama, Ariyo berharap festival F8 terus hidup dan berkembang lebih besar sehingga menjadi inspirasi kota lain. Selain itu, dia bersyukur karena hari kedua F8 dikhususkan bagi seniman lokal asal Makassar sebagai ajang pertunjukan bakat. “Kita berharap F8 ini sebagai wadah seniman lokal Makassar untuk terus maju dan mengembangkan bakatnya,” harap Ariyo di sela-sela manggungnya. Sekitar 45 menit tampil, pria gondrong berkacamata ini undur diri dan berfoto-foto bersama fansnya di panggung. (* Sumber : Humas Kominfo Makassar
Pj Sekda Firman Pagarra Launching Logo Makassar Fashion Week
Makassar dengan branding baru Makassar Kota Festival Tepian Air terus berkomitmen mengahdirkan event kelas dunia. Sukses menyelenggarakan event Makassar Internasional Eight Festival and Forum ke tujuh kalinya, PT Festival Delapan Indonesia tahun ini kembali menghadirkan Makassar Fashion Week (MFW). Logo MWF secara resmi dilaunching oleh Pj Sekda Makassar Firman Hamid Pagarra di Panggung Utama Tugu MNEK F8 Makassar, Kamis (25/7/2024) malam. Dalam sambutannya, Pj Sekda Firman Hamid Pagarra mengapresiasi PT Festival Delapan Indonesia karena membuat inovasi dengan menghadirkan event baru MWF. “Kami mewakili Pemkot Makassar dengan peluncuran logo MWF yang rencananya akak diadakan setiap tahunnya nanti dan tahun ini rencananya akan diadakan pada bulan November,” kata Firman Pagarra. Hadirnya MWF ini, lanjut Firman, menandai bahwa Makassar menjadi salah satu kota besar di Indonesia yang menaruh perhatian di dunia fashion. “Bicara tentang fashion tentunya kita bicara tentang kebudayaan juga,” ucapnya. “Ibarat musik kita tidak akan pernah tahu musik apa yang bagus kalau tidak ada pencipta atau penyanyi yang mencoba menerobos ganre musik begitu pun dengan fashion bahwa fashion apa saja yang akan muncul di Kota Makassar,” tambah Firman Pagarra. Dalam peluncuran logo MWF turut hadir juga Kepala Dinas Pariwisata Muhammad Roem dan Direktur PT Festival Delapan Indonesia Sofyan Setiawan. Sumber : Humas Kominfo Makassar
F8 Makassar Rayakan Keanekaragaman Budaya Sulawesi Selatan Lewat Konsep Makassar Skalia
Hari kedua Makassar F8, yang digelar pada Kamis (25/7/2024), menyajikan momen istimewa di panggung musik zona 4 dengan mengusung konsep “Makassar Skalia.” Konsep ini menyoroti keanekaragaman budaya Sulawesi Selatan, termasuk Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar, yang menyatu dalam satu panggung. Pelakor Band hadir menjadi band pembuka dengan penampilan langgam keroncong yang menggugah semangat penonton. Musik keroncong yang memadukan elemen tradisional dengan aransemen modern berhasil menghadirkan nuansa budaya Sulawesi Selatan yang kaya. Lagu-lagu seperti “Iyya Mattaro Ada Nataue Mewa Mappetu Ada” dan “Pantai Losari” memikat ribuan penonton untuk bernyanyi bersama, memperkuat apresiasi terhadap kekayaan musik daerah. Di sisi lain, Ridwan Sau, bintang tamu utama memeriahkan acara dengan perpaduan musik tradisional dan dangdut modern. Penampilannya yang enerjik dan penuh semangat berhasil mengundang partisipasi aktif dari penonton, menggoyang panggung dengan hits-hitsnya yang dikenal luas seperti “Apamo Anne” dan “Jojama Nakke.” Festival Makassar F8, melalui konsep “Makassar Skalia,” tidak hanya berfungsi sebagai ajang hiburan tetapi juga sebagai platform untuk merayakan dan melestarikan budaya lokal. Wali Kota Moh Ramdhan Pomanto sebelumnya telah menjelaskan bahwa Makassar Skalia merupakan satu konsep yang menampilkan keanekaragaman budaya Sulawesi Selatan. Bugis, Makassar, Toraja, Mandar. “Budaya lokal tapi standarnya Internasional, kita tampilkan dalam satu hari. Seluruh kemampuan Makassar, Bugis, Toraja, dan Mandar akan kita tampilkan dalam satu hari. Mulai dari food, fine art, musik, dan lain-lain,” kata Danny Pomanto saat talkshow di salah satu TV Nasional, belum lama ini. Melalui Makassar Skalia, Danny Pomanto ingin budaya Makassar, dan juga Bugis, Toraja, serta Mandar dikenal secara global. Apalagi, event F8 Makassar melibatkan banyak negara sahabat. Sumber : Humas Kominfo Makassar
Padukan Musik Tradisional dan Dangdut Modern, Ridwan Sau Ajak Lintas Generasi Goyang Bersama
Hari kedua pagelaran Makassar F8 menjadi semakin meriah dengan penampilan dari Ridwan Sau, penyanyi berbakat asal Sulawesi Selatan, yang sukses memukau ribuan penonton di panggung musik zona 4, pada Kamis (25/7/2024). Festival Makassar F8 kali ini mengusung konsep “Makassar Skalia,” yang menampilkan keanekaragaman budaya Sulawesi Selatan, termasuk Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Konsep ini memberikan kesempatan bagi berbagai elemen budaya dari Sulawesi Selatan untuk bersinar di panggung yang sama, termasuk dengan kehadiran Ridwan Sau. Ridwan Sau yang dikenal sebagai putra daerah Sulawesi Selatan, membawa nuansa khas Makassar dengan perpaduan musik tradisional dan dangdut modern yang sangat digemari oleh berbagai kalangan. Penampilan Ridwan Sau tidak hanya menunjukkan kemampuan vokalnya yang luar biasa, tetapi juga memperlihatkan dedikasinya dalam melestarikan budaya lokal, khususnya bahasa daerah melalui panggung seni. Dengan gaya yang enerjik dan penuh semangat, Ridwan Sau mengajak penonton untuk ikut bergoyang dan menikmati setiap alunan lagu yang dibawakannya. Ia menampilkan beberapa lagu hitsnya yang sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat, serta beberapa lagu lain yang tak kalah menarik. Di antaranya, Apamo Anne, La’rokong Tojengma Kapang, dan Jojama Nakke Penampilan Ridwan Sau menjadi salah satu highlight dari hari kedua Festival F8 Makassar. Respon dari penonton yang hadir sangat positif, terlihat dari banyaknya yang ikut bernyanyi dan menari mengikuti irama musik. Di setiap penyelenggaraannya, Makassar F8 tidak hanya sekadar menjadi ajang hiburan, tetapi juga selalu menjadi momentum untuk merayakan dan mendukung bakat-bakat lokal. “Saya sangat menikmati penampilannya Tetta’ (Ridwan Sau). Penampilannya di sini bisa jadi pengingat juga untuk kita generasi muda yang mungkin terbiasa dengan musik modern, kalo kita sebenarnya banyak penyanyi yang menggunakan bahasa daerah di lagu-lagunya, salah satunya Tetta Ridwan Sau ini,” ungkap, Rina (22) salah satu penonton. Melalui Makassar F8, diharapkan semakin banyak seniman daerah yang mendapatkan perhatian dan kesempatan untuk menunjukkan karya mereka. Penampilan Ridwan Sau menjadi bukti bahwa bakat lokal memiliki tempat yang istimewa di hati masyarakat. “Yang mempertemukan kita di sini adalah cinta dan kasih sayang. Terima kasih kepada penyelenggara, Pemerintah Kota Makassar. Terima kasih telah memberikan kesempatan dan selalu memberdayakan musisi lokal di ajang bergengsi seperti ini,” ungkap Ridwan Sau di sela-sela penampilannya. Makassar F8 sendiri akan terus berlangsung hingga beberapa hari ke depan, dengan berbagai penampilan dan atraksi menarik lainnya yang tersebar di 5 zona, mulai dari Monumen MNEK hingga di sepanjang Anjungan Pantai Losari. Sumber : Humas Kominfo Makassar
Pelakor Band Memukau Penonton dengan Langgam Keroncong di Hari Kedua Makassar F8
Hari kedua Makassar International Eight Festival and Forum atau Makassar F8, panggung konser zona 4 diwarnai dengan penampilan memukau dari Pelantun Langgam Keroncong atau Pelakor Band, Kamis (25/7/2024). Dengan mengusung genre langgam keroncong, band ini berhasil menyajikan sebuah pertunjukan yang penuh warna dan menggugah semangat penonton. Festival Makassar F8 kali ini mengusung konsep “Makassar Skalia,” yang menampilkan keanekaragaman budaya Sulawesi Selatan, termasuk Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Konsep ini memberikan kesempatan bagi berbagai elemen budaya dari Sulawesi Selatan untuk bersinar di panggung yang sama, dan Pelakor Band memainkan peran penting dalam mewujudkan visi tersebut melalui musik. Pelakor band ini berkarya di dunia musik dengan mengusung genre langgam keroncong. Band ini banyak mengaransemen lagu-lagu daerah dari penyanyi kenamaan Kota Makassar, baik yang berbahasa Bugis maupun berbahasa Bugis. Namun, mereka juga punya lagu yang diciptakan sendiri seperti Satir dan Diariku. Lantunan lagi “Iyya Mattaro Ada Nataue Mewa Mappetu Ada” dan “Pantai Losari” sukses mengajak ribuan penonton bernyanyi bersama. Penampilan Pelakor Band di panggung F8 tidak hanya menghadirkan hiburan, tetapi juga merayakan kekayaan budaya tradisional melalui musik langgam keroncong. Suasana hangat dan meriah yang tercipta selama pertunjukan menjadi bukti nyata bagaimana musik dapat menyatukan berbagai elemen budaya dalam satu panggung. Menurut Adrian (19) salah satu penonton, aksi panggung Pelakor Band berhasil menghadirkan nuansa tradisional ke dalam festival. “Jujur, saya baru tahu band ini dan ternyata penampilan mereka sangat menghibur dan memperkaya pengalaman budaya. Kita jadi tahu kalau lagu daerah itu bisa dibawakan dalam versi keroncong,” katanya. Sumber : Humas Kominfo Makassar
F8 Makassar 2024 Bikin Pengunjung Nostalgia di Zona Pameran Foto
Makassar Internasional Eight Festival dan Forum atau F8 Makassar kembali hadir tahun ini dengan menghadirkan berbagai zona yang menarik perhatian pengunjung. Salah satu yang paling unik dan baru tahun ini adalah Pameran Foto yang ada di Zona 2. Pameran Foto ini dirancang untuk membawa pengunjung F8 menyusuri momen-momen berkesan F8 yang mulai diselenggarakan sejak 2016. Pameran F8 2024 ini menampilkan koleksi foto yang mengabadikan momen-momen penting selama perjalanan F8 selama tujuh tahun. Juga terdapat narasi yang menjelaskan bagaimana F8 berlangsung setiap tahun. Setiap foto bercerita tentang peristiwa dan pengalaman unik yang telah menjadi bagian dari sejarah festival ini. Pengunjung dapat melihat bagaimana F8 berkembang dan berubah setiap tahunnya melalui lensa para fotografer. Selama tujuh tahun terakhir, Foto-foto F8 Makassar memperlihatkan bagaimana F8 telah menjadi panggung besar Kota Makassar dalam mempromosikan budaya dan mendorong peningkatan ekonomi kreatif dengan melibatkan ratusan UMKM. Pameran foto F8 tahun ini pun tampak ramai mengajak pengunjung untuk mengenang perjalanan panjang festival F8 Kota Makassar. Beberapa pelaku seni dan UMKM yang pernah meramaikan event bertaraf Internasional ini bahkan terkesima melihat dirinya masuk dalam momen sejarah F8 tahun-tahun sebelumnya. Seperti pelaku seni yang pernah menjadi talent pelukis di F8 selama dua tahun, hingga pelaku UMKM yang turut berdagang pisang epe di Pantai Losari di setiap penyelenggaraan F8 sejak 2016. “Gerobak ku ini, lamami, saya salah satu pedagang pisang epe, menjual pisang epe, dulu waktu itu (2016) lesehatan ji kupake,” ujar Pedagang tersebut. Selain itu, mahasiswa Universitas Hasanuddin bernama Nayla yang turut berkunjung di Pameran Foto mengaku takjub. Kata dia, dirinya yang baru pertama kali mengikuti F8 bisa mendapatkan gambaran langsung bagaimana meriahnya F8 yang telah berjalan dari tahun-tahun sebelumnya. “Ini pertama kali ke F8, tapi dari barisan foto ini saya langsung bisa tahu bagaimana F8 dari tahun-tahun lalu,” katanya.(*) Sumber : Humas Kominfo Makassar
350 Peserta Lomba Kicau Burung, Ramaikan Zona 5 F8 Makassar
Event Makassar Internasional Eight Festival abd Forum (F8), menjadi ajang silaturahmi berkumpulnya berbagai komunitas. Salah satunya komunitas kicau mania, yang menggelar lomba kicau burung di zona 5 Anjungan Losari, Makassar, Kamis (25/07/2024). Ketua panitia pelaksana, Andre Roni, menyampaikan lomba yang digelar dihadiri oleh 350 peserta sesuai target, bahkan dilakukan pembatasan peserta, dikarenakan banyaknya peminat. “Peminat cukup tinggi, dikarenakan kami menyediakan piagam dan piala F8, yang tentunya menjadi ajang bergengsi. Kita ingin turut meramaikan dan menyukseskan F8,” ungkapnya. Sejak awal pelaksanaan F8, Komunitas Kicau Mania Makassar telah menunjukkan eksistensi dengan partisipasi aktif bahkan dari luar kota Makassar. “Peserta banyak dari luar kota Makassar, seperti dari Sidrap, Pare Pare, Bone, bahkan dari Mamuju,” lanjutnya. Adapun jenis burung yang dilombakan yakni murai batu, lovers dan kenari. “Tentunya kita akan mengikuti kegiatan event F8 hingga akhir, selain lomba beberapa jenis burung juga diikutkan dalam beauty kontes” lanjutnya Andre Roni, menyampaikan apresiasi atas konsistensi Wali Kota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, memberi ruang bagi para pecinta Flora dan Fauna, dan menjadikannya bagian dari seni. “Menjadi kebanggaan tersendiri, berada di event Internasional, berbaur dengan para seniman lokal hingga internasional,” ungkapnya. Sumber : Humas Kominfo Makassar